Tanggapan Pemprov NTT, Terhadap Antrean Vaksin Covid-19 yang Menimbulkan Kerumunan -->

Header Menu

Tanggapan Pemprov NTT, Terhadap Antrean Vaksin Covid-19 yang Menimbulkan Kerumunan

Kamis, 15 Juli 2021

           Ket gambar: Hasil tangkap layar

Kupang- Suarakarumput.com- Antusiasme warga Kota Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur untuk di Vaksin sangat tinggi hingga antrean menimbulkan kerumunan dan juga warga yang mengantre dalam kerumunan merobohkan pagar besi gedung Jurusan Farmasi, Kampus Poltekkes Kemenkes Kupang yang membuka layanan Vaksinasi Covid-19 gratis pada Rabu (14/07/2021).

Melihat situasi ini pemerintah provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) buka suara melalui juru bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 NTT Marius Ardu Jelamu, pada Rabu malam (14/07/2021).

Marius menyampaikan kepada masyarakat untuk tidak melakukan tindakan tak terpuji dan meminta panitia pelaksanaan Vaksinasi berkoordinasi dengan gugus tugas yang dibentuk di kabupaten/kota.

"Kepada panitia pelaksana vaksinasi di seluruh NTT, kami minta untuk mengatur mekanismenya dengan baik," ungkap Marius.

Termasuk jajaran TNI dan Polri untuk mengatur dan mengontrol warga yang akan melakukan vaksinasi. "Saat ini antusiasme masyarakat untuk divaksin sangat tinggi," ucap Marius.

Antusiasme harus dijaga untuk tetap mengikuti prokes dan tidak menciptakan kerumunan. 

"Kerumunan seperti ini sangat rentan untuk penularan yang masif, sehingga perlu kewaspadaan kita semua," ungkapnya.

Dari pihak Poltekkes Kemenkes Kupang juga ikut berkomentar, terkait diluar dugaan banyak warga datang untuk mendapatkan vaksin Covid-19.

"Antusiasme masyarakat luar biasa, kemarin kami tidak antisipasi masyarakat mengejar vaksin dengan datang pagi sekali," terang Kristina Ragu yang juga sebagai Direktur Poltekkes Kemenkes Kupang, NTT.

                             tangkap layar

Video viral yang memperlihatkan warga Kota Kupang antre dalam kerumunan untuk mendapatkan vaksin Covid-19 beredar di YouTube dan diberbagai media sosial  

Terlihat begitu banyak masyarakat memaksa masuk dan mendorong gerbang hingga jebol, dan membuat beberapa petugas kewalahan untuk mengontrol dan menahan warga yang masuk secara beramai-ramai.