Lembor-Suaraakarrumput.com--Proyek irigasi Lembor menyebabkan kekeringan dan persediaan beras semakin menurun, akibat sawah tidak dikerjakan. Seharusnya dimusim kemarau saluran irigasi mengalir, namun karena proyek irigasi tersebut saluran menjadi kering kerontong dan sawah tidak dikerjakan. Besar harapan agar wabah kelaparan tidak melanda Kecamatan Lembor Manggarai Barat, Nuda Tenggara Timur.
Sejak Februari 2021 hingga saat ini, 4 sub daerah irigasi sebagai sumber aliran air sedang direhabilitasi. Diantaranya Wae Sele, Wae Sesap, Wae Lombur, dan Wae Raho.
Akibatnya petani Lembor tidak bisa menanam padinya disawah dan menjerit karena bencana kelaparan. Bagaimana tidak 3.500 hektar sawah tidak bisa ditanami padi. Terkait masalah ini pemerintah Manggarai Barat belum memberikan solusi alternatif untuk mengatasi bencana kelaparan di Lembor.
Ironisnya Lembor yang dulu adalah lumbung padi dan beras kini menjadi daerah yang menjerit kelaparan.
Pasalnya Petani yang dulunya menjual beras kini harus menjadi pembeli beras dengan harga 10.000 hingga 12.000 perkilogram. Hal ini menyulitkan para petani di Lembor karena sandarah hidup petani Lembor hanyalah bertumpu pada kerja sawah.
Stevanus Gandi, Pengamat Kebijakan Publik menjelaskan, bencana kelaparan yang melanda masyarakat Lembor itu tidak terlepas dari buruk dan lemahnya perhatian pemerintah. Sehingga kadus ini menjadi masalah berkepanjangan.
"Peran Pemda Mabar dalam mensosialisasikan tetkait pengerjaan saluran irigasi kepada masyarakat dinilai sangat buruk, " kata Evan
Evan menjelaskan, dalam kasus ini semestinya Pemda Mabar hadir dan memberikan bantuan kepada masyarakat. Peran dan tanggungjawab masyarakat sangat di harapkan. Namun dalam kasus ini, justru Pemda Mabar tidak peduli.
"Peran dan Tanggungjawab moril pemda mabar yang harusnya hadir dalam membantu masyarakat terdampak sangat rendah. Bahkan nol besar," ujarnya.
Menurutnya, masyarakat Lembir alami bencana kelaparan karena pengerjaan saluran irigasi yang tak kunjung selesai. Semestinya Pemda Mabar harus mendesak pihak yang mengerjakan saluran irigasi tersebut agar cepat selesai.
"Dampak dari pengerjaan saluran irigasi tersebut adalah bencana kelaparan yang sudah mulai terlihat. Harga beraspun kini sudah melambung pada kisaran 11-12 ribu per kilo. Bencana kelaparan bagi mayoritas sawah lembor sangat terlihat jelas didepan mata" ungkap Evan.
Anehnya justru Camat Lembor memberikan pernyataan yang terkesan nasib ribuan petani diwilayah tugasnya. Ia menjelaskan bahwa bencana yang melanda petani di Lembor belum masuk kategori rawan pangan.
"Belum dinyatakan bencana tetapi rehabilitas total saluran irigasi Lembor bisa menimbulkan terjadi rawan pangan. Untuk kondisi saat ini, sebagian masyarakat memang sudah mengalami kesulitan, diman sudah mulai membeli beras daru biasanya mengonsumsi beras sendiri," tulisnya melalui Chat WA.
Menurutnya salah satu upaya untuk menyelamatkan para petani ini untuk menghindari harga beras yang melambung, pihaknya akan menlakukan operasi pasar guna untuk memantau haraga beras yang melambung tinggi.
"Salah satu bentuk intervensi pemerintah untuk mengatasi hal ini yaitu dengan operasi pasar tetapi terkait hal itu adalah kewenangan Pemkab Mabar," Tulis Pius Baut.
Ia juga mengatakan saat ini pemerintah kecamatan dan pemerintah desa sednag melakukan pendataan terhadap Petani yang terdampak dari proyek saluran irigasi tersebut untuk diteruskan kepada Pemkab Mabar.
"Pemerintah Kecamatan dan Pemdes saat ini sedang melakukan pendataan petani yang terdampak rehabilitasi saluran irigasi ini untuk diteruskan kepada Pemkab Mabar," tulisnya.
Dirinya pun berharap agar kondisi yang dialami petani Lembor bisa diatasi melalui kebijakan Pemkab Mabar (nasional.baranesaceh.com)
Puisi:Pemkab Mabar Buka Mata Untuk Petaniku Di Lembor
Feature: "Lino Lodok" Sedang Tak Hijau