Suaraakarrumput.com-- Apakah Valentine Day Ada Kaitannya dengan Iman Katolik atau Protestan? Simak Sejarah dan Maknanya!
Ilustrasi : Valentine's Day |
Hari Valentine atau disebut juga hari kasih sayang, yang jatuh setiap 14 Februari adalah hari dimana setiap pasangan saling mengungkapkan perasaan cintanya.
Selain sebutan perayaan ini dengan nama Hari Valentine, ada juga menyebutnya dengan Hari Santo Valentinus, dan Pesta Santo Valentinus.
Menurut Ensiklopedia Katolik (Catholic Encyclopedia 1908), nama Valentinus bisa merujuk tiga martir atau santo (orang suci) yang berbeda:
- Pastor di Roma
- Uskup Interamna (modern terni),dan
- Seorang martir di provinsi Romawi Africa
Hubungan antara ketiga martir tersebut dengan hari kasih sayang romantis ini tidak jelas.
Pada tahun 496 Paus Gelasius I, menyatakan bahwa sebenarnya tidak ada yang diketahui mengenai martir-martir ini, namun tanggal 14 Februari ditetapkan sebagi hari peringatan Santo Valentinus.
Akan tetapi ada yang mengatakan bahwa Paus Gelasius I sengaja menetapkan hal ini, tujuanya untuk menyaingi hari Lupercalia yang dirayakan pada tanggal 15 Februari.
Sisa-sisa kerangka yang digali dari makam Santo Hyppolytus dia Via Tibertinus dekat Roma, diidentifikasikan sebagai jenazah St. Valentinus. Kemudian ditaruh dalam sebuah peti emas dan dikirim ke gereja Whitefriar Street Carmelite Church di Dublin, Irlandia. Jenazah ini telah diberikan kepada mereka oleh Paus Gregorius XVI pada 1836.
Banyak wisatawan sekarang yang berziarah ke gereja ini pada hari Valentine, di mana peti emas diarak-arak dalam prosesi khusyuk dan dibawa ke altar tinggi. Pada hari itu sebuah misa khusus diadakan dan dipersembahkan kepada para muda-mudi dan mereka yang sedang menjalin hubungan cinta.
Hari raya ini dihapus dari kalender gerejawi pada tahun 1969 sebagai bagian dari sebuah usaha yang lebih luas untuk menghapus santo-santa yang asal-muasalnya bisa dipertanyakan dan hanya berbasis legenda saja.
Seringkali terjadi pro-kontra, suka-tak suka, membela dan menolak; bahkan penolakkan atas perayaan Valentine ini selalu dihubungkan dengan "itu kebiasaan kafir, barat, serta ajaran Kristen dan Katolik."
Nampaknya, penolakkan dan pelarangan (merayakan) Hari Valentine dengan cara menghubungkannya pada (ajaran) Iman Katolik dan Kristen atau Protestan, akhir-akhir ini, merupakan alat ampuh. Dengan mampu menjadikan banyak kalangan menerimanya sebagai suatu kebenaran yang harus diikuti., dilaksanakan, serta dipatuhi.
Padahal, dalam Iman Katolik dan Protestan sama sekali tak ada Perayaan Valentine. Katolik dan Prostestan hanya mengenal Lima Perayaan Besar, yaitu
- Natal, Mengingat dan Merayakan Waktu Kelahiran Yesus Kristus
- Jumat Agung, Mengingat dan Merayakan Peristiwa Kematian Yesus di salib
- Paskah, Mengingat dan Merayakan Peristiwa Kebangkitan Yesus
- Kenaikkan, Mengingat dan Merayakan Peristiwa Kenaikkan Yesus ke Surga
- Pentakosta, Mengingat dan Merayakan Peristiwa Turunnya Roh Kudus
Ke lima hari raya tersebut di atas, secara umum dirayakan hampir semua Gereja Katolik dan Protestan di seluruh dunia. Di samping perayaan-perayaan tersebut, ada varian-varian perayaan yang juga dirayakan atau masuk Kalender Perayaan Gerejawi, namun selalu atau ada hubungan dengan lima perayaan utama.
Misalnya, sebelum Natal, ada perayaan atau masa Advent atau penantian selama empat minggu berturut-turut; masa 'pra-paskah,' yang lakukan 40 hari sebelum Jumat Agung dan Paskah, sekaligus melakukan Puasa Pra-Paskah' selama 40 hari (tidak makan dan minum dari jam 18.00 hingga jam 18.00, sering juga disebut 'Doa dan Puasa').
Selain itu, masih ada sejumlah Hari Raya atau Perayaan Gerejawi yang dilakukan oleh Katolik dan Gereja-gereja Protesan, namun hanya dilakukan dengan ritual Ibadah. Dari semuanya itu, jelas bahwa Perayaan Valentine bukan merupakan suatu keharusan untuk dirayakan dengan alasan-alasan keagamaan atau pun iman.
Dengan itu, jika sekarang ini Valentine Day dirayakan secara gempita dan semarak, maka itu hanya urusan bisnis atau bahkan cenderung hedonis.
Oleh sebab itu, jika ada sejumlah tokoh agama, sekolah, atau lembaga yang melarang khalayak merayakan perayaan Valentine, maka sah-sah saja; silahkan melarang dan menolak.
Namun alasan pelarangan serta penolakan tersebut jangan dihubungkan dengan 'itu ajaran atau kebiasaan Gereja Katolik dan Gereja-gereja Protestan. Sebab, jangan sampai terjadi hanya gara-gara Valentine maka muncul ketidaksukaan terhadap sesama yang beda iman.
Lepas dari sejarah asal mulanya, berbagai kalangan masyarakat sudah menerima Valentine Day sebagai peristiwa budaya dan agenda tetap, serta tak patut dilupakan.
Hari Kasih sayang ini dirayakan oleh banyak orang dengan brerbagai cara steperti saling bertukar notisi dalam bentuk Valentines. Tidak hanya sebuah notisi cinta saja, hari valentine ini di ungkapkan melalui symbol moderen, yaitu sebuah kartu ucapan yang berbentuk hati dan gambar ‘Cupido’ bersayap.
Pada abad ke 19, tradisi menulis notisi pernyataan cinta ini, sebagai awal dari produksi besar-besaran sebuah kartu ucapan secara massal.
Sebuah lembaga yang bernama The Greeting Card Association (Asosiasi Kartu Ucapan), memperkirakan di seluruh dunia sekitar satu miliar kartu valentine di produksi untu dikirimkan setiap tahun.
Hal tersebut membuat hari valentine ini menjadi hari terbesar kedua setelah Natal. Lembaga asosiasi tersebut memperkirakan kembali, bahwa pembeli kartu ucapan ini 85 persen seorang wanita.
Pada abad ke 20, di Amerika Serikat tradisi ini di kembangkan kembali dengan cara saling memberi hadiah dari pria kepada wanita. Hadiah tersebut berupa sebuah bunga mawar dan cokelat.
Namun pada tahun 1980, industri berlian mulai mempromosikan hari valentine adalah momen yang baik untuk memberikan perhiasan kepada pasangan, sebagai simbol kasih sayang.
Valentine bukan hanya dilakukan terhadap pasangan yang menjalin hubungan serius saja, dan juga bukan hanya kepada pacar atau kekasih, valentine merupakan hari besar dalam soal percintaan, dan bukan berarti selain hari valentine tidak bisa merasakan cinta.
Di Amerika Serikat hari raya ini diasosiasikan dengan ucapan umum happy valentine’s yang biasa diucapkan dari pria kepada teman wanita, atau teman pria kepada teman prianya, dan teman wanita kepada teman wanitanya.
Akhir kata, penulis ucapkan Happy Valentine Day untuk, "Kaum muda dan mereka yang berjiwa muda (yang hari-hari hidup n dan kehidupan masih lama dan panjang); kaum setengah baya dan dan masih produktif; kaum tua yang telah banyak pengalaman menikmati hari-hati hidup dan kehidupan; semua semua umat manusia yang mencintai-mengasihi damai dan perdamaian.***