Renungan harian saat teduh bersama Tuhan tentang nasihat yang bijaksana.
Bacaan Renungan Yakobus 1:2-6 Iman dan Hikmat
1:2 Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan
1:3 sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan.
1:4 Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang, supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apapun.
1:5 Tetapi apabila di antara kamu ada yang kekurangan hikmat , hendaklah ia memintakannya kepada Allah, yang memberikan kepada semua orang dengan murah hati dan dengan tidak membangkit-bangkit--,maka hal itu akan diberikan kepadanya.
1:6 Hendaklah ia memintanya dalam iman, dan sama sekali jangan bimbang, sebab orang yang bimbang sama dengan gelombang laut, yang diombang-ambingkan kian ke mari oleh angin.
Renungan Harian saat teduh bersama Tuhan
Konon hikmat ada pada orang yang tua, dan pengertian pada orang yang lanjut umurnya. Tetapi pada Allahlah hikmat dan kekuatan, Dialah yang mempunyai pertimbangan dan pengertian (Ayub 12:12-13)
Sejak menginjak usia tujuh puluh tahun, aku menjadi mudah marah. Aku merasa tak berharga ketika Allah tampaknya mengabaikan kerinduanku untuk melayani kerajaanNya.
Aku juga merasa putus asa ketika kesenjangan sosial seperti nepotisme, kronisme, favoritisme, dan ketidakadilan lainnya menyebar luas di negaraku.
Dari waktu ke waktu aku merasa sedih dan kesepian. Ketika perasaan ini muncul, aku bertanya-tanya apakah hubungaku dengan Allah masih penting dan akrab.
Aku melupakan masa lalu dan mengeluh tentang apa yang Allah kerjakan untukku saat ini.
Dalam masa mudaku, aku merasa Allah mengasihi kepribadianku yang unik, doa-doaku yang jujur, dan bahkan emosiku yang kurang terkendali.
Allah menyelamatkanku ketika aku nyaris terbunuh dalam perang. Aku selamat dalam dua kali kecelakaan mobil.
Setelah itu, Allah mengejutkanku dengan suatu karir baru yang terus kujalani selama masa kerjaku. Saat aku berjuang untuk meraih sukses, Allah terkadang memperlamabat langkahku, tentu demi kebaikanku.
Sesudah pensiun, tatkala aku mengkhawatirkan penghasilanku yang sedikit, Allah memberiku damai sejahterah dan ketenangan.
Saat mengingat semua itu, aku memutuskan untuk fokus membangun kesabaran dan ketabahanku. Hasilnya sekali lagi aku bersyukur untuk hikmat dan pengertian rohani yang Allah berikan kepadaku dan untuk damai sejahterah dan sukacita dalam Roh Kudus.
Kini aku melihat bahwa Allah tidak pernah berhenti untuk setia dalam hidupku.
Demikian renungan harian saat teduh bersama Tuhan tentang nasihat yang bijaksana. Semoga Allah yang Maha Baik senantiasa memberkati kita semua dalam suka dan Duka.***