Renungan Katolik Jumat 22 April 2022 dalam Oktaf Paskah
Renungan Katolik Jumat 22 April 2022
BERANI MEWARTAKAN KEBAIKAN
Kejahatan tidak hanya ditantang, tetapi juga kebaikan bisa ditantang dan dilawan. *Ketika orang melakukan kebaikan, kebaikan itu justru bisa menjadi alasan munculnya iri hati, dendam dan benci dari siapa saja yang menantang kebajikan dan kebaikan dalam hidup.*
Kebenaran ini dapat kita temukan di dalam Bacaan I hari ini. Sebagaimana dikisahkan, Petrus dan Yohanes ‘menyembuhkan seorang lumpuh’.
Kejadian itu membuat ‘imam-imam dan kepala pengawal Bait Allah serta orang-orang Saduki’ ‘sangat marah’, lalu menangkap dan menyerahkan Petrus dan Yohanes ke dalam tahanan' atau penjara.
Keesokan harinya ‘Petrus dan Yohanes dihadapkan kepada sidang dan mulai diperiksa dengan pertanyaan kunci sebagai berikut:
*“Dengan kuasa manakah atau dalam nama siapakah kamu bertindak demikian itu?’ Maka jawab Petrus, penuh dengan kuasa Roh Kudus: ‘Hai pemimpin-pemimpin umat dan kaum tua-tua, jika sekarang kami harus diperiksa karena suatu kebajikan kepada seorang sakit, dan harus menerangkan dengan kuasa manakah orang itu disembuhkan, maka ketahuilah oleh kamu sekalian dan oleh seluruh umat Israel, bahwa semua itu kami lakukan dalam nama Yesus Kristus, orang Nazaret, yang telah kamu salibkan, tetapi dibangkitkan Allah dari antara orang mati; dan karena Yesus itulah orang ini sekarang berdiri dengan sehat di depan kamu” (Kis 4: 7-10).*
Dari kisah suci ini, Petrus dan Yohanes melakukan kebajikan atau kebaikan, yaitu ‘menyembuhkan seorang lumpuh.’ Karena kebajikan dan kebaikan itulah orang lumpuh itu dapat ‘berdiri dengan sehat’ di hadapan orang lain.
Akan tetapi justru karena kebajikan atau kebaikan itulah, Petrus dan Yohanes dimarahi, ditangkap dan dipenjarakan, sebab dengan peristiwa penyembuhan orang lumpuh itu *“mereka mengajar orang banyak dan memberitakan bahwa dalam Yesus ada kebangkitan dari antara orang mati” (Kis 4: 2).*
Seperti Petrus dan Yohanes, bisa saja kita dihina dan difitnah, ditangkap dan dipukul, disiksa dan dipenjarakan, meskipun kita berbuat baik dan melakukan kebajikan atau kebaikan.
Hal seperti ini memang semestinya tidak boleh terjadi, karena kebajikan dan kebaikan itu merupakan hak dan kebutuhan semua orang. *Setiap orang memiliki hak untuk memperoleh dan mengalami kebaikan dan kebajikan dalam hidupnya. Tidak ada orang yang tidak mencari dan membutuhkan kebaikan dan kebajikan. Bahkan orang jahat sekalipun tetap memerlukan kebajikan dan kebaikan, karena kebajikan dan kebaikan itu adalah dasar dan tujuan kehidupan.*
Kehidupan dibangun dan didirikan di atas kebaikan dan kebajikan. Selain itu, kehidupan juga berjalan dan bergerak maju dalam kebajikan dan kebaikan. *Meskipun orang jahat berbuat jahat dan melakukan kejahatan, tetap ia membutuhkan kebajikan dan kebaikan, agar dia dapat bertahan hidup dan mempertahankan kehidupannya.*
Atas dasar kebenaran itu, *hendaklah kita tekun dan setia untuk berbuat baik dan untuk melakukan kebaikan. Kita sendiri tidak boleh putus asa untuk menjadi orang yang baik dan terus berbuat baik bagi diri dan bagi orang lain. Kita juga mesti tetap kuat, tabah dan sabar untuk mewartakan kebajikan dan kebaikan dalam hidup.* Meskipun ada orang yang cemburu dan iri hati, dendam dan benci karena kita berbuat baik, namun kita tidak boleh pasrah dan menyerah kalah.
*Kebajikan dan kebaikan itu tidak berasal dari manusia, tetapi berasal dari Tuhan yang bangkit.*
Karena itu, apabila kita mengalami tantangan dan rintangan untuk menjadi orang yang baik dan untuk melakukan kebajikan dan kebaikan, kita harus kembali kepada sumber asal kebajikan dan kebaikan itu, yakni Tuhan sendiri.
Dalam setiap kebajikan dan kebaikan, kita harus berkata seperti Petrus: _‘Semua itu kami lakukan dalam nama Yesus Kristus, orang Nazaret yang telah disalibkan, tetapi dibangkitkan Allah di antara orang mati.’_ *Kita berbuat baik dan melakukan kebaikan bukan karena kita sendiri, tetapi karena Yesus Kristus sendiri berdiam dan bekerja dalam diri kita agar kita dapat menjadi orang baik dan dapat juga melakukan kebaikan kepada siapa pun di dunia ini.*
Sebab itu, *apabila kita mendapat tantangan dan rintangan ketika kita berbuat baik dan melakukan kebaikan, kita harus bersandar pada Tuhan sendiri dan terus membuka hati dan budi kepada kuasa Roh Kudus, supaya hidup kita seutuhnya dan sepenuhnya menjadi ‘penuh dengan Roh Kudus’. Dengan demikian daya ilahi atau kekuatan Allah dapat memenuhi hidup kita, sehingga kita mampu menghadapi tantangan dan halangan saat kita berbuat baik dan melakukan kebaikan.*
Doaku dan berkat Tuhan
Sumber: _Mgr Hubertus Leteng._