Renungan Harian Katolik Selasa 17 Mei 2022 -->

Header Menu

Renungan Harian Katolik Selasa 17 Mei 2022

Patris Trikora
Selasa, 17 Mei 2022

Renungan Harian Katolik Selasa 17 Mei 2022, Pekah V Paskah


Renungan Harian Katolik Selasa 17 Mei 2022, Pekah V Paskah


Bacaan: Kisah Para Rasul 14: 19-28; Yohanes 14: 27-31a

Renungan Harian Katolik Selasa 17 Mei 2022


KEKUATAN BERSAMA


Ketika kita berada dalam kesulitan dan kesusahan, kita amat membutuhkan kehadiran orang lain. Dengan kehadiran orang lain, kita merasa kuat, tabah dan teguh dalam hidup. Kita merasa tidak sendirian dalam kesulitan dan kesusahan kita.

Kehadiran orang lain membuat kita takut dan waspada untuk berpikir pendek. Kehadiran orang lain, apalagi dalam jumlah banyak tidak mungkin membuat kita bertindak brutal untuk mengakhiri kehidupan yang penuh dengan dengan penderitaan dan kesusahan.

Bacaan I hari ini menggambar pergumulan hidup yang demikian. Di kota Listra, orang-orang Yahudi dari Antiokhia dan Ikonium “membujuk orang banyak supaya memihak mereka.

Lalu mereka melempari Paulus dengan batu, dan menyeretnya ke luar kota, karena mereka menyangka, bahwa ia telah mati.

Akan tetapi ketika murid-murid berdiri mengelilingi dia, bangkitlah ia lalu masuk ke dalam kota.

Keesokan harinya berangkatlah ia bersama-sama dengan Barnabas ke Derbe”. Di sana mereka memberitakan Injil di kota Derbe dan memperoleh banyak murid.” (Kis 14: 19-21).

Dari kisah ini, orang banyak melempari Paulus dengan batu. Perbuatan itu sudah tentu mendatangkan kesusahan yang besar dan penderitaan yang berat bagi Paulus.

Biasanya ujung dari perbuatan melempari orang dengan batu adalah kematian. Menurut dugaan orang banyak, Paulus tentu sudah mati. Maka mereka menyeretnya ke luar kota.

Akan tetapi begitu murid-muridnya datang dan hadir mengelilingi dia, Paulus segera bangkit dan mulai masuk lagi bersama Barnabas ke dalam kota Derbe untuk memberitakan Injil. Hasilnya, di Derbe mereka ‘memperoleh banyak murid.’

Kekuatan Kehadiran Bersama


Waktu Paulus diseret keluar kota, tidak ada yang tahu apakah Paulus masih hidup atau sudah mati.

Kalau dia sudah mati waktu dilempari dengan batu, maka jelas mukjizat terjadi atas dirinya sehingga dia bangkit lagi dan terus masuk kota untuk mewartakan Injil.

Tetapi bisa saja dia masih hidup, meskipun dia amat menderita karena mengalami pelemparan batu dari banyak orang.

Entah terjadi mukjizat kebangkitan atau penyembuhan biasa, hal yang pasti adalah ‘murid-muridnya datang dan mengelilingi dia’ . ‘Murid-murid’ berarti banyak orang datang dan mengelilingi’ Paulus yang kondisinya lagi sekarat.

Kehadiran banyak orang merupakan kekuatan besar dalam menghadapi penderitaan dan kesusahan.

Dengan kehadiran banyak orang apalagi dengan bersama-sama berdoa atau berdoa bersama-sama, orang yang menderita benar-benar mendapat support atau dukungan yang besar dan kuat dalam hidupnya.

Dia tidak merasa sepi sendirian, tetapi merasa didampingi di dalam penderitaan dan kesusahannya.

Keroyokan Membantu


Karena itu bila ada orang yang mengalami penderitaan dalam lingkungan kita atau dalam wilayah di luar lingkungan kita, hendaklah kita ramai-ramai datang dan hadir untuk memberi cinta dan perhatian serta untuk mengungkapkan kepedulian dan komitmen kita.

Kita harus ‘menyerbu’ orang itu dengan cinta dan perhatian. Kita harus ‘mengeroyok' orang itu dengan kebaikan dan kepedulian kita.

Kita dapat berdoa bersama-sama dan melakukan aksi nyata untuk menolong dan membantu atau untuk meringankan penderitaan dan kesusahan orang lain yang benar-benar menderita dan mengalami kesulitan dalam hidup.

Kita tidak boleh pilih kasih dan pandang muka dalam memberikan uluran tangan. Tuhan Allah sendiri “menyelamatkan semua orang yang tertindas di bumi” (Mzm 76: 10).

“Tuhan itu dekat kepada orang-orang yang patah hati, dan Ia menyelamatkan orang-orang yang remuk jiwanya” (Mzm 34: 19).*

Penderitaan dan kesusahan membuat orang tidak hanya patah hati dan remuk jiwa, tetapi juga fisik dan jasmani ikut rusak, hancur atau remuk.

‘Semua orang yang tertindas di bumi’ mengalami bukan hanya hati, perasaan dan pikirannya ‘tertindas’, tetapi juga badannya atau tubuh fisiknya bisa patah, remuk dan hancur oleh penderitaan dan kesusahannya.

Kepada semua orang seperti itulah, kita harus mengarahkan kasih dan perhatian kita serta kita harus menunjukkan kepedulian dan komitmen kita.

Marilah bersama Bunda Maria kita bertindak dalam setiap niat dan upaya yang baik untuk menolong orang lain dalam hidup.

Demikian orang yang mengalami penderitaan dan kesusahan akan merasa kuat dan menemukan kekuatan untuk melakukan perubahan atau transformasi diri dan kehidupan agar menjadi lebih baik dan lebih berguna bagi dirinya sendiri dan bagi orang lain.

Doaku dan berkat Tuhan

Mgr Hubertus Leteng.