Renungan Katolik Hari Ini Senin 23 Mei 2022, Pekan VI Paskah
Renungan Katolik Hari Ini Senin 23 Mei 2022
BANGUNLAH KOMUKASI DAN DIALOG
Di Neapolis, memasuki rumah sembahyang Yahudi. Di satu ia berbicara kepada perempuan-perempuan yang berkumpul di situ” Salah seorang dari perempuan-perempuan itu, yang bernama Lidia turut mendengarkan.
Ia seorang penjual kain unggu dari kota Tiatira, seorang yang beribadah kepada Allah. Tuhan membuka hatinya, sehingga ia memperhatikan apa yang dikatakan oleh Paulus.
Sesudah dibaptis bersama-sama dengan seisi rumahnya, Lidia mengajak kami, katanya: Jika kamu berpendapat bahwa aku sungguh-sungguh percaya kepada Tuhan, marilah menumpang di rumahku. Ia mendesak sampai kami menerimanya” (Kis 16: 11.13-15).
Dari kisah suci ini, ada dua pikiran yang muncul bagi kita.
1). Rumah Tuhan Tempat Sembahyang
Tempat sembahyang adalah tempat pertemuan manusia dengan Tuhan. Di dalam tempat sembahyang seperti Gereja misalnya, kita bertemu dan berbicara dengan siapa saja.
Kita tidak hanya bertemu dan berbicara dengan Tuhan, tetapi juga bertemu dan berbicara dengan orang lain, entah perempuan atau laki-laki, entah orang dewasa dan anak-anak.
Karena itu hendaklah pada hari-hari tertentu, khususnya pada hari Minggu dan Hari Raya, kita mesti keluar dari rumah kita masing-masing.
Kita mesti berani meninggalkan kesibukan harian kita untuk pergi ke rumah Tuhan atau rumah sembahyang.
Dengan hadir bersama di Gereja atau di rumah sembahyang atau di rumah Tuhan, kita sadar bahwa kita adalah umat Allah.
Itu berarti kita manusia adalah orang-orang Gereja yang berziarah bersama orang lain di dunia ini.
Kita tidak hidup sendiri atau berjalan sendiri-sendiri, tetapi kita adalah bagian dari dari diri dan hidup orang lain dan orang lain juga adalah bagian dari diri dan hidup kita.
Maka janganlah kita menyembunyikan diri atau memisahkan diri dari orang lain. Kita harus menyatu dan bersatu dengan orang lain khususnya pada hari-hari tertentu.
Kita tidak boleh menghindar dari orang lain atau menghindari orang lain. Orang lain amat membutuhkan kita sebagaimana kita juga amat membutuhkan orang lain.
Baca Juga Renungan Lainnya
2). Jangan Tutup Mulut
Paulus di dalam rumah sembahyang tidak hanya sembahyang, tetapi juga berbicara atau mewartakan Tuhan dan sabda-Nya.
Saat Paulus berbicara itu, ‘Tuhan membuka hati” seorang perempuan bernama Lidia sehingga ia amat mendengarkan dan memperhatikan perkataan Paulus. Ia akhirnya mengundang Paulus untuk ‘menumpang di rumahnya.
Dengan ini amat penting dialog dan komunikasi ketika kita bertemu dan berkumpul dengan orang lain.
Dengan dialog dan komunikasi atau dengan pewartaan yang kita lakukan, orang lain dapat mendengarkan sabda Tuhan melalui mulut kita.
Maka janganlah kita mengunci diri atau menutup mulut untuk berbicara dan mewartakan Sabda Tuhan.
Ketika kita berbicara atau berkhotbah, orang lain dapat mendengarkan kita, dan terutama mendengarkan sabda Tuhan.
Jangan kita berasumsi bahwa pembicaraan atau komunikasi kita sia-sia dan hampa belaka. ‘Allah sendiri ‘membuka hati’ siapa saja untuk mendengarkan dan merenungkan dan untuk menghayati pembicaraan atau pewartaan kita.
Kewajiban dan tanggung jawab kita hanya berbicara dan mewartakan, tetapi Tuhan sendiri akan ‘membuka hati’ dan pikiran orang lain dengan Roh Kudus, sehingga sabda Tuhan atau pembicaraan kita berbuah bagi hidup orang lain.
Doaku dan berkat Tuhan
Mgr Hubertus Leteng.