'Elegi Dua Cinta' Ungkapan Pecandu Sastra dan Cinta -->

Header Menu

'Elegi Dua Cinta' Ungkapan Pecandu Sastra dan Cinta

Jumat, 01 Juli 2022

 SUARAAKARRUMPUT.COM -- 'Elegi Dua Cinta' Ungkapan Pecandu Sastra dan Cinta. (Benediktus Kasman)

Tiga kata itu merias kaca depan sebuah ototruk ekspedisi angkutan barang lintas provinsi.

Pertanyaan dalam kepalaku menukik ada apa dengan tulisan itu?

Apakah ia bercengkerama kelakar?

Aku berkesanada ratapan tengah menggemakanpergolakan jiwa terbelenggu.

Rasa saling mencinta dua insan dalam rumah tangga dihadang persoalan.

Perjuangan mempertahankan pasangan untuk seumur hidup tersandung. 

Bertahan pada pasangan pertama bermasalah dan memilih pasangan kedua pun bermalapetaka.

Maka sebatas ini terasa “cinta mendua”.

Dampaknya broken heart dan broken home mendekap dalam diri perseorangan dan anggota keluarga.

Respon atas pengalaman gurita cinta tak pernah selalu sama.

Ada manusia yang memendamkan pengalaman suram dalam asmaranya.

Tapi ada juga manusia yang tak sungkan membongkar pikiran ke ruang publik.

Mengapa seseorang berani menguber kegetiran cintanya dan seorang lainya menutup rapat-rapat?

Mungkin pasangan yang terus bertahan merahasiakan pengalaman kepahitan berkeyakinan religius yang kokoh

Toh ada pula tata berpikir menyembunyikan perbuatan menyayat kalbu akibat gurita cinta tak dapat dipertahankan lagi.

Tentu saja ada pengalaman suram menyusup masuk rumah tangga pasangan suami istri dibongkar buka-bukaan.

Cita-cita kebajikan melanggengkan cinta hingga ajal menjemput terombang-ambing lantaran cinta terbagi dua.

Salah satunya menjalin cinta dengan perempuan lain atau perempuan jatuh ke pelukan mesra dengan laki-laki lain.

Term cinta memuat makna rindu, khawatir, risau dan berharap sekali (dalam KBBI, misalnya) tak bertaut lagi tatkala praktik cinta terbentur distorsi.

Tema ratapan cinta tak pernah sepi dalam sejarah hidup manusia.

Cinta diekspresikan dalam lagu, pantun,drama, seni teater, seni lukis, seni tari,sastra dan seni tradisiserta pemeo.

“Musisi Elton John pada 1997 melantun lagu Candle in thewind– Goodbye Englands rose”– Syair pilu mengenangkan peristiwa akibat ketidak harmonisan dalam perkawinan putri Lady Diana pasangan Charles di kerajaan Inggris.

Jiwa-raganya melayang hingga mati di luar kerajaan.

Ia mengakhiri hidupnya dengan pelesiran.John menyatakan turut berduka “Selamat tinggal bunga mawar dari negeri Inggris”

Media mengekspresi pengalaman cinta di masa kini sudah ke ranah publik.

Narasi cinta tak hanya produk digital serial televisi namun telah merambah lagi menjadi aplikasi dan situs web media sosial.

Peristiwa-peristiwa kekelaman dalam percintaan pun telah lama hadirdalam properti intelektual.

(Misalkan saja di Amsterdam ibukota negara Belanda memiliki 400 museum dan galeri.

Salah satunya ada koleksi patologi sex museum kegiatan seks manusia. Atau foto dan boneka aktris cantik Marilyn Moroe).

Tapi juga sebagian kecil warga menghiasi ungkapan cinta yang miris pada oto truk, oto bus, oto travel. Dan traktor bajak sawah pun tak ketinggalan menguber cinta.

Barangkali semacam pemeo cinta. Semua kreasi seni rias  mengemas perkara cinta dari kendaraan dan traktor kucatat:

“Mencari cinta” 

“Simpan ceritamu ceritakan setelah baku cinta”  

“Cinta omong kosong” 

“Kekasih gelap”

“Cewek cantik nempel dong”

“Terlanjur sayang”

“Salah memilih”

“Main dari belakang”

“Mata kupasang ma’ takut papa selingkuh”

Perihal pengalaman luka mata batin dalam dunia percintaan selalu hadir dari zaman ke zaman.

Pujangga Amir Hamzah pernah menulis:

“Habis kikis 

Segera cintaku hilang terbang

Pulang kembali aku padamu

Seperti dahulu...”

Memulihkan kekalutan jiwa terlampau sulit seolah-olah “Nobody answers when Icall your name”; 

Setiap waktu aku memanggilmu tak pernah kau hiraukan.

Dengan kata-kata ini aku memihakmu: “Orang kudus memunyai masa lampau, pendosa memunyai masa depan”
(Foto:Benediktus Kasman Pegiat Sosial, tinggal di Maumere)