Petani Kopi di Maumere Mengubah Lahan Kopinya Menjadi Ladang Kakao -->

Header Menu

Petani Kopi di Maumere Mengubah Lahan Kopinya Menjadi Ladang Kakao

Sabtu, 27 Agustus 2022

SUARAKARUMPUT.COM - - Moan Doset (70) petani di desa Tilang, kecamatan Nita, kabupaten Sikka-Flores telah mengubah pilihan tanaman dari kopi beralih ke kakao.
(Foto: Sambung Pucuk pada Koker Kakao di Polibag/Benediktus Kasman)

Pada 1978, lahannya ditanami 1000 pohon kopi dan ditebang pada 1980-an.


Kopi sudah pernah berbuah dan hasilnya tak banyak sempat dijual sesuai harga pasar.


Lainnya untuk kebutuhan minum bagi keluarga inti dan sebagaimana hidup di desa, anggota famili serumpun pun merasakan nikmatnya menyeduh kopi.


Sejak 1980 untuk pertama kalinya ia memusatkan kegiatan budi daya 1882 tanaman kakao.


Pada 2005, bersama putra sulung yang sudah berumah tangga menanami 1000 pohon.


Saat ini berjumlah 2882 pohon ditanam pada 6 bidang lahan.


Pilihan mengembangkan pertanian khusus kakao dilakukan secara swadaya.


Mulai urusan pengadaan benih, koker, persiapan lahan hingga penanaman. 


Hasil panen diperoleh sekitar 300 kg dan musim paceklik panen berkurang mencapai 200 malah cenderung menurun hingga 100 kgdalam semusim berbuah.


Harga jual biji kering dibeli papa lele bervariasi. Tapi, biji kering dengan proses fermentasi Rp 27.000 per kilogram.


Selama hampir lima belas tahun terakhir terserang penyakit saat berbuah.


Serangan hama dan penyakit busuk buah. Keadaan ini berakibat panen gagal. 

Ditambah lagi harga jualtak stabil.


Memang ada bantuan proyek anakan koker siap tanam dari pemerintah tapi diberikan pada bulan Maret.


Datanglah Organisasi Non-Pemerintah-LSM lokal bernama PANSU (Petani Alternatif Nusantara Sumatra Utara) mengadakan kegiatan kunjungan kebun kakao selama 6 bulan ke beberapa desa di kabupaten Sikka.


Sesudahnya disusuli pelatihan berupa pengetahuan tematik dan curah bagi pengalaman di kelas serta praktik-sekolah lapangan.


Kegiatan praktik bikin sambung pucuk pada tunas muda di pohon dan sambung pucuk pada anakan kakao kokeran bermedia plastik polibag.


Kini praktik sambung pucuk langsung di koker anakan kakao menjadi pengetahuan dan keterampilan berharga.


Aplikasinya saling berbagi diantara petani.


Saat ini membantu sambung pucuk kokeran di persemaian milik Goris Matanias persisnya di Gere, desa Koting A, kecamatan Koting.


Ada 1000 kokeran akan kakao menerapkan perlakuan sambung pucuk. Semuanya disediakan untuk dijual.


Kakao di kabupaten Sikka ditanam pertama kalinya pada 1960 di kampung Oit-bersebelahan dengan kampung Doka, dusun Wojong, desa Uma Uta, kecamatan Bola.


Benihnya dibawa oleh seorang paderi misionaris katolik, Pater Heinrich Bolen, SVD berkebangsaan Jerman. (Benediktus Kasman)